RANGKUMAN KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 3.1

Oleh : M. Ali Nashudin Bashar CGP Angkatan 11 Kabupaten Tuban

 

Dalam modul 3.1 Pendidikan Guru Penggerak, konsep-konsep yang telah diuraikan dalam pemahaman tentang pendidikan sangat relevan. Pengambilan keputusan dalam konteks pendidikan guru penggerak tidak hanya tentang aspek teknis pengajaran, tetapi juga tentang bagaimana keputusan-keputusan tersebut dapat mencerminkan nilai-nilai moral, karakter sekolah, dan kontribusi positif terhadap peserta didik serta masyarakat sekitar.

Seorang guru penggerak harus mampu menjadi teladan bagi murid-muridnya. Tindakan sehari-hari mereka di sekolah tidak hanya mempengaruhi pembelajaran akademis, tetapi juga membentuk karakter dan moralitas peserta didik. Oleh karena itu, ketika mereka membuat keputusan, prioritas harus diberikan kepada kesejahteraan murid dengan mematuhi prinsip-prinsip moral yang dipegang oleh sekolah.

Selain itu, konsep membentuk generasi yang memiliki integritas moral, kebajikan, dan kesadaran akan kebenaran juga relevan dalam modul ini. Seorang guru penggerak bertanggung jawab tidak hanya untuk memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada murid-muridnya, tetapi juga untuk membimbing mereka menuju kesadaran akan nilai-nilai moral dan integritas yang penting dalam kehidupan mereka.

Dengan demikian, modul 3.1 Pendidikan Guru Penggerak tidak hanya memfokuskan pada keterampilan teknis pengajaran, tetapi juga mengajarkan pentingnya memperhatikan aspek moral dan karakter dalam setiap keputusan yang diambil oleh seorang pendidik. Hal ini sejalan dengan konsep bahwa pendidikan bukan hanya tentang transfer pengetahuan, tetapi juga tentang membentuk manusia berkualitas yang dapat memberikan kontribusi positif bagi masyarakat dan bangsa.

1. Pandangan Ki Hajar Dewantara dengan filosofi Pratap memiliki pengaruh terhadap bagaimana pengambilan sebuah keputusan sebagai seorang pemimpin pembelajaran yang diambil.

Pratap Triloka yang digagas oleh Ki Hajar Dewantara yang terkenal dengan semboyan ing ngarso sung tuladha, ing madya mangun karsa, Tut wuri Handayani artinya di depan memberi teladan,di tengah membangun motivasi/dorongan, di belakang memberi dukungan. Berdasarkan hal tersebut diatas guru sebagai pemimpin pembelajaran sudah sepatutnya bisa menjadi panutan untuk melakukan proses pendidikan sehingga menjadi pamong untuk para siswa dan setiap masalah yang di hadapi bisa di kelola dan di buat keputusan dengan menerapkan pengambilan keputusan yang berpihak pada murid, mencoba menerapkan 4 paradigma, 3 prinsip, dan 9 langkah pengambilan keputusan. Dengan harapan dapat memberi keputusan yang solutif dan tetap memanusiakan manusia.

2. Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?

Perilaku seseorang sering mencerminkan nilai-nilai yang melekat dalam dirinya, dan hal ini juga memengaruhi prinsip-prinsip yang mereka ikuti saat membuat keputusan. Dalam proses pengambilan keputusan yang bertanggung jawab, kualitas kesadaran diri (self-awareness), kemampuan mengelola diri (self-management), pemahaman terhadap aspek sosial (social awareness), dan keterampilan berinteraksi sosial (relationship skills) sangat mendukung dalam menerapkan prinsip "Tut wuri handayani." Seorang pendidik dapat mendorong semua anggota sekolah, baik secara moral maupun materi, dengan nilai-nilai moral yang mereka anut yang akan tercermin dalam setiap keputusan yang mereka ambil, termasuk nilai-nilai seperti kejujuran dan integritas yang tercermin dalam tindakan dan kebijakan mereka.

3. Bagaimana materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan ‘coaching’ (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil? Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut? Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi ‘coaching’ yang telah dibahas pada sebelumnya.

Dalam mengambil keputusan, selain melakukan pengujian terhadap 4 paradigma, 3 prinsip resolusi, dan menjalankan 9 langkah-langkah pengambilan keputusan, namun juga perlu memiliki kemampuan lain.
Salah satu kemampuan tersebut adalah coaching yang bertujuan untuk menemukan jalan keluar dari suatu permasalahan dengan memberikan pernyataan-pernyataan efektif.
Apakah keputusan ini efektif, dan apakah masih ada pertanyaan dalam pikiran kita terkait dengan keputusan tersebut? Sebagai kelanjutan dari pembahasan sebelumnya, penting untuk mengakui bahwa langkah-langkah yang diambil dalam menghadapi masalah yang memerlukan pengambilan keputusan harus mengikuti prinsip tertentu, terutama dalam keputusan strategis yang berdampak besar pada masa depan organisasi. Salah satu faktor utama dalam proses pengambilan keputusan adalah kemampuan coaching. Sebagai pendidik, guru harus memperoleh keterampilan coaching yang kuat. Ketika menghadapi situasi pembelajaran, pendampingan melalui kegiatan coaching yang disediakan oleh fasilitator dapat sangat membantu dalam memperjelas pemahaman. Ada beberapa contoh praktik coaching yang dapat memberikan gambaran lengkap untuk diterapkan di sekolah. Keputusan yang diambil menggunakan teknik coaching, didasarkan pada etika dan nilai-nilai kebajikan, serta sejalan dengan visi dan misi sekolah yang menekankan kesejahteraan murid dan menciptakan budaya positif di lingkungan sekolah. Coaching dilakukan dengan prinsip kesetaraan, menciptakan kenyamanan dan memungkinkan coach untuk mengidentifikasi masalah serta mengajukan pertanyaan yang relevan kepada coachee. Coachee merasa nyaman dalam berbicara tentang kendala dan bersama-sama menemukan solusi yang sesuai. Semua ini berkat kemampuan coach sebagai pendengar yang baik dalam membantu mengurai masalah melalui pertanyaan-pertanyaan yang tepat. Dengan bantuan coaching, guru dapat mengatasi masalah yang dihadapi oleh siswa dalam proses pembelajaran. Sebagai seorang coach yang efektif, guru memiliki harapan tinggi terhadap kemajuan siswa, mendorong mereka untuk memenuhi tugas dan kewajiban di sekolah dengan baik.
4. Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan khususnya masalah dilema etika?

Keterampilan guru dalam mengelola dan memahami aspek sosial emosional memiliki dampak yang signifikan dalam proses pengambilan keputusan. Dalam setiap pengambilan keputusan, penting untuk memastikan bahwa keputusan tersebut didasarkan pada nilai-nilai kebajikan dan mematuhi regulasi yang berlaku, dengan mengikuti pedoman 9 langkah pengambilan keputusan. Dengan memanfaatkan dasar-dasar ini, kita dapat melakukan analisis yang memungkinkan kita untuk membedakan antara dilema etika dan bujukan moral.

Kesadaran sosial emosional seseorang membantu kita untuk mengembangkan empati dan simpati, yang memungkinkan kita untuk lebih memahami perasaan dan pengalaman orang lain. Ini memungkinkan kita untuk lebih bijaksana dalam mengidentifikasi masalah dan membuat keputusan yang tepat saat diperlukan. Sebagai seorang guru yang juga berperan sebagai pemimpin pembelajaran, penting untuk selalu mempertimbangkan kesejahteraan siswa dalam setiap keputusan yang diambil. Ini melibatkan pertimbangan etika dan nilai-nilai kebajikan yang didasarkan pada empat paradigma yaitu individu vs. masyarakat, rasa keadilan vs. rasa kasihan, kebenaran vs. kesetiaan, dan jangka pendek vs. jangka panjang. Selain itu, ada tiga prinsip yang perlu diperhatikan, yaitu prinsip berbasis hasil akhir, prinsip berbasis peraturan, dan prinsip berbasis rasa peduli dalam pengambilan keputusan. Serta dilakukan dengan 9 langkah yaitu:

5. Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik?
Seorang pendidik harus bisa melihat bagaiamana persoalan tersebut apakah merupakan dilema etika atau merupakan bujukan moral, nilai-nilai yang akan diambilpun merupakan nilai yang merupakan proses kegiatan yang merupakan titik temunya adalah sebagai pemimpin pembelajaran tetap dengan
berbagai cara akan menuntun siswa tersebut kearah yang lebih baik dalam pengambilan keputusan. Keputusan yang diambil merupakan keputusan yang bertanggung jawab.
Ketika seorang pendidik dihadapkan pada masalah moral atau etika, nilai-nilai yang mereka anut akan memengaruhi keputusan yang diambil. Keputusan tersebut akan mencerminkan nilai-nilai yang mereka pegang. Jika nilai-nilai tersebut positif, maka keputusan yang diambil akan sesuai dengan norma, agama, dan moral yang berlaku. Sebaliknya, jika nilai-nilai yang mereka anut tidak sesuai dengan norma dan moral, maka keputusan yang diambil cenderung bermuara pada pandangan pribadi. Selain itu, pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika juga melatih pendidik dalam mengasah ketajaman dan ketepatan dalam pengambilan keputusan. Mereka akan dapat dengan jelas membedakan antara dilema etika dan bujukan moral. Hasilnya adalah keputusan yang akurat, mampu memenuhi kebutuhan siswa, serta menciptakan lingkungan yang aman dan bahagia untuk semua pihak, dengan berlandaskan pada nilai-nilai kebenaran dan kebajikan.
6. Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.

Keputusan yang diambil dalam konteks pendidikan memiliki dampak yang signifikan pada pelaksanaan pembelajaran dan iklim sekolah secara keseluruhan. Oleh karena itu, penting bagi kita sebagai pendidik untuk selalu mempertimbangkan setiap keputusan dengan seksama, baik yang bersifat langsung maupun tidak langsung. Inti dari pengambilan keputusan yang efektif adalah memastikan bahwa kebijakan yang diambil selaras dengan nilai-nilai kebajikan, mengedepankan keteladanan, dan bijaksana, serta tidak melanggar norma yang berlaku. Ketika keputusan-keputusan kita didasarkan pada prinsip-prinsip tersebut, kita dapat menciptakan lingkungan sekolah yang positif, kondusif, aman, dan nyaman bagi seluruh warga sekolah. Hal ini memiliki konsekuensi positif terutama dalam membantu murid-murid belajar dengan baik dan mengembangkan kompetensi mereka. Lingkungan yang mendukung akan memberikan ruang bagi siswa untuk tumbuh dan berkembang secara optimal, sehingga mereka dapat mencapai potensi terbaik mereka dalam proses pembelajaran.

Selain itu, kebijakan yang didasarkan pada nilai-nilai kebajikan juga menciptakan budaya sekolah yang lebih positif dan harmonis. Ini membantu membangun hubungan yang kuat antara guru, murid, dan staf sekolah, sehingga semua pihak merasa terlibat dan memiliki tanggung jawab dalam menciptakan lingkungan pendidikan yang bermutu. Dengan demikian, pengambilan keputusan yang berlandaskan pada nilai-nilai kebajikan adalah kunci untuk menciptakan pendidikan yang lebih baik dan berdampak positif pada masa depan siswa.

7. Apakah tantangan-tantangan di lingkungan Anda untuk dapat menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Adakah kaitannya dengan perubahan paradigma di lingkungan Anda?
Dalam mengambil keputusan yang berlandaskan pada prinsip penyelesaian dilema, kita memiliki tiga pendekatan yang dapat diterapkan, yaitu Berpikir Berbasis Hasil Akhir, Berpikir Berbasis Peraturan, dan Berpikir Berbasis Rasa Peduli. Pemilihan pendekatan ini harus dilakukan dengan mempertimbangkan situasi dan kondisi yang sedang dihadapi. Tentu saja, setiap keputusan akan selalu melibatkan sejumlah risiko, pro, dan kontra, dan inilah yang seringkali menjadi salah satu tantangan terbesar dalam menghadapi dilema etika. Salah satu tantangan yang seringkali muncul adalah perasaan tidak nyaman karena keputusan yang diambil tidak dapat memuaskan semua pihak yang terlibat. Meskipun demikian, dengan mengikuti langkah-langkah pengambilan keputusan yang cermat dan terencana, kita dapat meminimalkan perasaan tidak nyaman tersebut dan memastikan bahwa keputusan yang diambil dapat diterima oleh semua pihak yang terlibat. Langkah-langkah pengambilan keputusan yang bijaksana menjadi panduan yang sangat berharga dalam menghadapi kasus-kasus dilema etika, dengan menjalankan proses ini dengan teliti, kita dapat memastikan bahwa keputusan yang diambil merupakan hasil dari pertimbangan matang dan berdasarkan pada nilai-nilai kebajikan serta kaidah moral yang berlaku, membantu menciptakan keputusan yang lebih dapat diterima dan mendukung terciptanya solusi yang paling baik dalam situasi yang kompleks.
Apakah kesulitan di lingkungan Anda yang sulit dilaksanakan untuk menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Apakah ini kembali kemasalah perubahan paradigma di lingkungan Anda? Sebagai makluk social dan sebagai pemimpin pembelajaran dalam pengambilan suatu keputusan tidak akan luput dari dilema etika dan bujukan moral. Dilema etika merupakan situasional, yaitu antara benar-benar memegang aturan demi suatu keadialan. Namun terkadang kita susah membedakan mana yang merupakan dilema etika dan bujukan moral, misalnya saja kasus berbohong yang sudah pasti merupakan tindakan salah , meskipun tujuannya baik tetap saja merupakan kesalahan. Adapun hal yang perlu diperhatikan sebelum mengambil sebuah keputusan dalam dilema etika, 4 paradigma, • Individu lawan masyarakat (individual vs community) • Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy) • Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty) • Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term) Tiga prinsip yang bisa di gunakan untuk mengambil keputusan yaitu : • Berpikir berbasis hasil akhir (ends-based Thingking) • Berpikir berbasis peraturan (rule base thingking) • Berpikir berbasis rasa peduli (care base thingking) Sedangkan untuk cara menguji keputusan kita bisa di gunakan 9 tahapan secara berurutan
1. Mengenali ada nilai-nilai yang saling bertentangan dalam situasi ini
2. Menentukan siapa yang terlibat dalam situasi ini
3. Kumpulkan fakta-fakta yang relevan dalam situasi ini
4. Pengujian benar atau salah (Uji legal, Uji Regulasi/Standar Profesiaonal, Uji intuisi, Uji halaman Depan Koran, Uji Panutan/Idola )
5. Pengujian paradigm benar atau salah
6. Prinsip pengambilan keputusan
7. Investigasi Opsi Trilema
8. Buat keputusan
9. Tinjau lagi keputusan yang telah diambil dan direfleksikan
8. Apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita? Bagaimana kita memutuskan pembelajaran yang tepat untuk potensi murid kita yang berbeda-beda?
Pengaruh pengambilan keputusan yang diambil dengan pengajaran memerdekakan murid-murid dengan adanya diferensiasi dalam pembelajaran. Pembelajaran yang berdiferensiasi akan mampu mengakomodir kebutuhan setiap murid sesuai dengan kodratnya masing-masing.
Pendidik sebagai pemimpin pembelajaran memfasilitasi potensi yang ada pada murid-muridnya dengan tujuan agar pembelajaran yang diberikannya dapat menuntun tumbuh kembangnya berbagai potensi tersebut.
Hasilnya adalah, mereka akan merasa memiliki kebebasan yang bertanggung jawab terhadap berkembangnya potensi yang dimilikinya.
9. Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?
Dengan memberi nilai-nilai positif, menciptakan rasa nyaman pada siswa merupakan motivasi seorang pendidik dalam mengambil keputusan. Seorang pendidik dengan berbagai cara pasti akan memberikan yang terbaik untuk siswanya oleh karena itu keputusan yang baik pula untuk perkembangan siswanya. kesimpulan akhir yang dapat ditarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitan dengan modul-modul sebelumnya.
Setiap keputusan yang diambil oleh seorang pemimpin pembelajaran akan memiliki konsekuensi, baik dalam jangka panjang maupun jangka pendek, terhadap perkembangan murid. Tindakan dan keputusan yang diambil akan menjadi contoh dan panduan bagi cara berpikir dan berperilaku murid di masa depan, terutama dalam menghadapi situasi yang memerlukan pengambilan keputusan di masyarakat. Dengan pemahaman ini, menjadi prinsip dasar bahwa pengambilan keputusan oleh seorang pendidik harus sesuai, benar, dan bijak, melalui proses analisis dan evaluasi yang mendalam untuk memastikan keputusan tersebut tidak menyesatkan murid. Pengujian keputusan dilakukan melalui lima aspek uji, yaitu uji legalitas, uji kesesuaian dengan regulasi, uji pertimbangan intuisi, uji publikasi, dan uji panduan atau contoh yang patut diikuti. Melalui pengujian ini, keputusan yang diambil menjadi lebih akurat dan terpercaya, sehingga tidak akan memberikan arah yang salah bagi perkembangan dan pandangan murid-murid ke depannya.
10. Sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep yang telah Anda pelajari di modul ini, yaitu: dilema etika dan bujukan moral, 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Adakah hal-hal yang menurut Anda di luar dugaan?

Hal yang tidak terduga bagi saya adalah bahwa pengambilan keputusan melibatkan lebih dari sekadar pertimbangan logis. Paradigma, prinsip, dan langkah-langkah pengujian memainkan peran penting dalam memastikan keputusan yang diambil memiliki dampak positif dan sesuai dengan etika. Ini mengajarkan bahwa keputusan haruslah lebih dari sekadar pemikiran rasional; nilai-nilai dan pertimbangan etis harus menjadi panduan utama. Di samping itu, keberanian adalah aspek yang tak terduga dalam pengambilan keputusan. Kadang-kadang, keputusan yang benar dan etis mungkin memerlukan keberanian untuk menghadapi konsekuensinya, bahkan jika itu berarti menghadapi tantangan atau kritik. Ini menunjukkan bahwa pengambilan keputusan bukan hanya tentang pemikiran, tetapi juga tentang kemauan untuk bertindak sesuai dengan apa yang kita yakini benar, bahkan jika itu memerlukan ketegasan dan komitmen terhadap nilai-nilai yang kita anut. Dengan begitu, pengambilan keputusan menjadi lebih kompleks dan mengedepankan integritas dan nilai-nilai yang kuat.
11. Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan pengambilan keputusan sebagai pemimpin dalam situasi moral dilema? Bilamana pernah, apa bedanya dengan apa yang Anda pelajari di modul ini?
Sebelum menjalani pembelajaran modul ini, pengambilan keputusan dalam situasi dilema etika hanyalah mengandalkan pemikiran dan pertimbangan pribadi. Saya merasa cukup yakin dengan keputusan-keputusan yang saya buat selama itu sesuai dengan aturan dan tidak merugikan banyak orang. Namun, setelah mempelajari modul ini, pemahaman saya tentang pengambilan keputusan telah berkembang secara signifikan. Saya telah diperkenalkan dengan langkah-langkah yang lebih terstruktur dan berbasis paradigma serta prinsip-prinsip etika. Modul ini telah memberi saya wawasan baru tentang bagaimana mengambil keputusan yang lebih tepat dalam konteks dilema etika. Saya belajar bagaimana paradigma dan prinsip-prinsip yang kuat dapat membimbing pengambilan keputusan yang lebih bijaksana dan etis. Praktik-praktik yang saya pelajari selama modul ini telah memperkaya keterampilan pengambilan keputusan saya dan memberikan kerangka kerja yang lebih kokoh untuk menghadapi situasi dilema etika di masa depan.
12. Bagaimana dampak mempelajari konsep  ini buat Anda, perubahan  apa yang terjadi pada cara Anda dalam mengambil keputusan sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran modul ini?

Konsep-konsep yang saya pelajari dalam modul ini telah memberikan dampak yang signifikan pada pola pikir saya seputar pengambilan keputusan. Sebelumnya, saya memiliki pandangan bahwa pengambilan keputusan yang baik hanya perlu mengacu pada regulasi dan pertimbangan sosial semata. Namun, modul ini telah membuka mata saya terhadap beragam faktor yang seharusnya menjadi dasar dalam pengambilan keputusan. Dalam konteks ini, terdapat empat paradigma dilema etika yang menggambarkan situasi yang sering kali rumit: individu versus kelompok (individual vs community), rasa keadilan versus rasa kasihan (justice vs mercy), kebenaran versus kesetiaan (truth vs loyalty), serta jangka pendek versus jangka panjang (short term vs long term). Semua paradigma ini didasarkan pada tiga prinsip dan terdiri dari sembilan langkah yang mendalam untuk pengambilan keputusan yang etis. Saya berkomitmen untuk mengimplementasikan landasan yang saya pelajari dalam setiap pengambilan keputusan saya, baik sebagai pemimpin pembelajaran maupun dalam perumusan kebijakan di sekolah dan komunitas praktisi. Dengan dasar-dasar yang saya dapatkan dari modul ini, saya yakin bahwa keputusan yang saya buat akan lebih tepat dan akurat, selalu berpihak pada kepentingan murid-murid dan mengedepankan aspek-etika yang kuat.
13. Seberapa penting mempelajari topik modul ini bagi Anda sebagai seorang individu dan Anda sebagai seorang pemimpin?

Materi dalam Modul 3.1 merupakan sumber belajar yang berharga bagi saya karena membahas esensi pengambilan keputusan dalam konteks pendidikan. Dalam menghadapi berbagai situasi, keputusan yang diambil oleh seorang pendidik memiliki implikasi yang besar terhadap perjalanan sekolah dan pencapaian tujuan pendidikan. Modul ini memberikan pandangan mendalam mengenai sembilan langkah, empat paradigma, dan tiga prinsip dasar yang menjadi landasan dalam pengambilan keputusan yang etis. Selain itu, pembahasan mengenai tiga uji penting dalam pengambilan keputusan, yaitu Uji Intuisi, Uji Publikasi, dan Uji Panutan/Idola, memberikan pemahaman yang lebih komprehensif tentang berbagai aspek yang harus dipertimbangkan dalam proses pengambilan keputusan.

Dengan pemahaman ini, saya menyadari bahwa pengambilan keputusan adalah proses yang kompleks dan memerlukan keterlibatan aktif serta pembelajaran yang berkelanjutan. Saya berkomitmen untuk menerapkan konsep-konsep yang dipelajari dalam modul ini dalam setiap aspek kehidupan saya, terutama dalam peran sebagai pendidik. Melalui kesadaran akan nilai-nilai moral dan panduan yang diberikan, saya yakin dapat mengambil keputusan yang tepat dan berdampak positif bagi perkembangan murid serta kemajuan pendidikan di Indonesia.

Kesimpulan akhir terkait modul 3.1

Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran dengan modul-modul yang telah dipelajari sebelumnya merupakan suatu tidak terpisahkan untuk mencapai kemerdekaan dalam belajar pada murid, Ki Hajar Dewantara dalam menuntut segala proses dan kodrat/potensi anak untuk mencapai sebuah keselamatan dan kebahagiaan belajar, baik untuk dirinya sendiri, sekolah maupun masyarakat. Selain itu juga dimana proses pembelajaran di seorang pendidik harus bisa melihat kebutuhan belajar pada anak serta mengelolah kompertensi social emosional dalam mengambil sebuah keputusan sebagai pemimpin pembelajaran. Pendekatan Coaching juga merupakan salah satu cara kita (coach) untuk membantu choachee dalam mencari solusi/ mengembangkan bakat yang terpendam sehingga akan muncul sebuah keputusan yang bertanggung jawab dari choachee. Dan dengan belajar mengambil keputusan menggunakan tiga prinsip yang di ajarkan pemikiran kita lebih terbuka agar bisa mengambil keputusan yang berfihak pada murid atau jika itu dilema etika yang berkaitan dengan rekan sejawat kita bisa menemukan solusi yang tepat meskipun kadang menyakitkan hati. Tetapi demi profesionalitas dalam pendidikan bujukan moral harus segera di punahkan.